ANALISIS FILSAFAT TERHADAP TEORI-TEORI PENDIDIKAN


Filsafat adalah cinta akan kebajikan. Definisi ini berasal dari zaman Yunani terdahulu dan merupakan
rangkaian dari dua pengertian, yaitu philare yang berarti cinta dan Sophia yang berari kebajikan.
Definisi ini pada hakekatnya meletakkan suatu landasan ideal bagi manusia. Barang siapa yang mempelajari
filsafat diharapkan dapat mengetahui adanya mutiara-mutiara yang cemerlang dan menggunakan mereka
sebagai pedoman dan pegangan untuk hidup bijaksana. [1]
Dr. K. bertens mengatakan bahwa menurut bentuk kata, seorang philosophos adalah seorang pecinta kebijaksanaan. Pendapat dan batasan tentang filsafat adalah berbeda-beda, bentuk dan coraknya pun berbeda pula sesuai dengan keadaan perkembangan masyarakatnya dan pandangan masing-masing. Ada yang menekankan kepada tujuan, bentuk dan isinya dan sebagainya seperti Epicurus menekankan kepada kesenangan sebagai kebaikan tertinggi, kaum Stoa menekankan kepada hidup sholeh sebagai kebaikan tertinggi, Nietzsche menekankan kepada manusia super sebagai kebaikan tertinggi, Bangsa Indonesia menekankan kepada Pancasila dan Islam menekankan kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat. Meskipun pengertian dari filsafat itu berbeda-beda, tetapi dalam pengertian dasarnya masih mengandung pengertian yang umum yakni usaha manusia menggunakan akalnya untuk mengetahui/memperoleh segala sesuatu secara mendalam. Dapat juga dikatakan, bahwa berfilsafat itu adalah berusaha memikirkan dan merenungkan segala sesuatu yang bertalian dengan manusia, hingga memperoleh pengertian dan pemahaman serta dapat menggambarkan pandangan hakekat kebenaran yang menyeluruh dan sistematis.[2]
Filsafat yang juga merupakan pandangan hidup menentukan arah dan tujuan proses pendidikan. Oleh karena itu filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan dan kaitan yang sangat erat. Pendidikan itu sendiri pada hakekatnya adalah proses pewarisan nilai-nilai filsafat itu yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan yang lebih baik atau sempurna dari keadaan yang sebelumnya.
Pendidikan menurut John Dewey adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, mungkin akan terjadi dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja di lembagakan untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini terlihat melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana ia hidup.[3]
Dari sekian banyaknya pendapat tentang pendidikan dapat kita tarik kesimpulan bahwa: pendidikan itu tiada lain dari hasil peradaban suatu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan cita-cita dan tujuan filsafat dan pandangan hidupnya, hingga menjadi ssuatu kenyataan yang melembaga dalam masyarakatnya.
Demikian pengetian umum tentang pendidikan, sedangkan pengertian khusus yakni Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berasaskan ajaran atau tuntutan agama Islam dalam usaha membina dan membentuk pribadi-pribadi muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT., cinta dan kasih kepada kedua orang tua dan sesama hidupnya, cinta kepada tanah airnya sebagai karunia yang diberikan oleh Allah. Memiliki kemampuan memfungsikan potensi-potensi yang ada dalam dirinya dan alam sekitarnya, hingga bermanfaat dan memberikan kemaslahatan bagi dirinya dan bagi masyarakat pada umumnya.[4]
Adapun Filsafat pendidikan Islam adalah ilmu yang membahas tentang segala persoalan yang menyangkut dengan pendidikan Islam, dengan maksud untuk memperoleh jawaban dari segala masalah yang berhubungan dengan pendidikan Islam.[5]
Dari berbagai pengertian tentang Filsafat, Pendidikan Islam, dan Filsafat Pendidikan Islam tersebut muncul pertanyaan bagaimana analisis Filsafat terhadap teori-teori pendidikan. Dan disini penulis mencoba memberi analisa Filsafat terhadap teori-teori pendidikan yang diambil dari buku-buku dan media yang lain yang mendukung terbentuknya analisa tersebut.

B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diajukan rumusan masalah bagaimana Analisis Filsafat terhadap teori-teori pendidikan?

C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka jelas sekali tujuan penyusunan makalah ini yaitu “ menjelaskan Analisis Filsafat terhadap teori-teori pendidikan


BAB II
ANALISIS FILSAFAT TERHADAP TEORI-TEORI PENDIDIKAN

A.    FILSAFAT DAN ILMU PENDIDIKAN
            Orang pada zaman sekarang ini telah meyakini tentang eksistensi pendidikan dari yang sifatnya umum sampai kepada yang khusus. Keyakinan ini semakin hari diperkuat dengan berkembangnya metode pengukuran dan cara analisa yang dapat dipercaya untuk menghasilkan data yang dipercaya pula. Dengan bahasa ilmiah lazim dikatakan “ Apa yang ada itu dapat dihayati karena dapat diukur”.
            Prinsip  dasar yang dikemukakan oleh Thorndike ini menjadi salah satu motor penggerak pengembangan ilmu pendidikan, yang pada waktu ini dapat dihayati dengan pengungkapan data kuantitatif yang merupakan salah satu kekayaannya. Tugas ilmu menjadi lebih Nampak hasilnya bila telah sampai pada terjangkaunya hasil-hasil penelitian yang pengujian hipotesa, laporan serta rekomendasinya.
            Disamping pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya kuantitatif seperti tersebut diatas, ada yang lain-lain yang memerlukan jawaban yang dapat menunjukkan hakiki dan kearah mana pendidikan itu dibawa. Misalnya : Untuk apakah sebenarnya sekolah itu didirikan? Anak didik itu ada sebagai ia berada, sedangkan masyarakat dan menginginkan anak didik terbina sesuai ideology yang telah digariskan. Maka timbul pertanyaan, apakah yang seharusnya pendidik itu lakukan untuk memimpin anak didik itu untuk mewujudkan tujuan ditas.
            Jawaban mengenai pertanyaan pertama seharusnya berkisar pada konsep atau landasan pikiran bahwa pendidik memerlukan suatu lembaga di luar keluarga, yang mempunyai peranan bagi terbinanya masyarakat yang ideal.
            Sedangkan untuk pertanyaan yang kedua diperlukan jawaban yang berupa konsep-konsep tentang isi dan proses pendidikan yang mempertemukan potensi anak didik dan gambaran manusia ideal menurut masyarakat dan Negara itu.
            Dua jenis pertanyaan mengenai pendidikan diatas bersifat filosofis yang memerlukan jawaban filosofis pula. Maka dar itu dimasukkan kedalam bidang filsafat pendidikan. [6]

B.     FILSAFAT PENDIDIKAN
            Diatas telah dirumuskan bahwa Filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakekatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam lapangan pendidikan. Oleh karena bersifat filosofis dengan sendirinya filsafat pendidikan ini pada hakekatnya adalah penerapan suatu analisa filosofis terhadap lapangan pendidikan.
            Hubungan antara filsafat dan ilmu pendidikan ini tidak hanya ke-insidentilan, melainkan suatu keharusan. John Dewey, seorang Filosof Amerika mengatakan bahwa filsafat itu adalah teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. Lebih dari itu, memang filsafat mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang banyak terdapat dalam lapangan pendidikan.
            Oleh karena filsafat mengadakan tinjauan yang luas mengenai realita, maka dikupaslah antara lain pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep mengenai ini dapat menjadi landasan penyusunan konsep tujuan dan metodologi pendidikan. Disamping itu, pengalaman pendidik dalam menuntun pertumbuhan dan perkembangan anak akan berhubungan dan berkenalan dengan realita. Semuanya ini dapat disampaikan kepada filsafat untuk dijadikan bahan-bahan pertimbangan dan tinjauan untuk mengembangkan diri.
            Sebagai contoh, dapat dikemukakan bahwa filsafat mengadakan pembahasan soal aku dan tujuan, yang perlu menjadi tujuan, yang perlu menjadi perhatian pendidikan sebelum ia terjun aktif dalam prosesnya. Bahwa pandangan filsafat karena akunya manusia (individu) adalah sesuatu yang lain daripda yang lain, yang dapat menjadi landasan pandangan mengenai hakekat anak didik. Berarti pandangan mengenai bentuk kesungguhan (form  substansialis) mengenai manusia ini dapat menjelma menjadi pandangan pendidik mengenai anak didik. Beberapa missal diutarakan dibawah ini.
            Bila pendidik memandang form substansialitas manusia itu bersifat biologis, dapat mempunyai visi pendidikan yang naturalistis. Pendidik dalam lingkungan ini adalah Jean Jacques Rousseau, yang menuliskan pandangan-pandangannya dalam bukunya yang berjudul Emile. Dalam buku ini dituliskan bahwa latihan indera adalah praktek pendidikan yang amat penting artinya.
            Lain halnya bila anaka didik dipandang sebagai mahluk spiritual. Landasan untuk menentukan ide dan tujuan pendidikan adalah pandangan keabadian dan ke-Tuhan-an. Anak didik dipandang mempunyai kepribadian bukan sebagai entitet mekanistis belaka.
            Filsafat pendidikan telah sewajarnya dipelajari oleh mereka yang memperdalam ilmu pendidikan dan keguruan. Ada beberapa alas an untuk ini :
a)      Adanya problema-problema pendidikan yang timbul dari zaman ke zaman yang menjadi perhatian ahlinya masing-masing. Pendidikan adalah usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin bangsa dan masyarakat. Banyak tulisan yang dihasilkan oleh ahli pikir, dan tidak jarang gagasan ahli yang satu mempengaruhi ahli-ahli yang lain. Corak gagasan yang berlandaskan filsafat sering timbul dari ahli-ahli pikir ini. Hal ini masuk dalam lapangan filsaafat pendidikan.
b)      Dapatlah diperkirakan bahwa bagi barang siapa yang mempelajari filsafat pendidikan dapat mempunyai pandangan-pandangan yang jangkauannya melampau hal-hal yang ditemukan secara eksperimental atau empiris. Maka dari itu filsafat pendidikan dapat diharapkan merupakan bekal untuk meninjau pendidikan beserta masalah-masalahnya secara kritis.
c)      Dapat terpenuhinya tuntutan intelektual dan akademik. Dengan landasan azas bahwa berfilsafat adalah berpikir logis yang runtut, teratur dan kritis. Maka berfilsafat pendidikan berarti memiliki kemampuan semacam itu. Oleh karena itu diharapkan dapat mempunyai pengaruh terbentuknya pribadi pendidik yang baik. Maka, mempelajari filsafat pendidikan itu mengandung optimisme dan menggembirakan.[7]

C. ANALISIS FILSAFAT DAN TEORI PENDIDIKAN
a.        Analisa Filsafat Dalam Masalah Pendidikan
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu. Pengertian yang luas dari pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh lodge yaitu bahwa: life is education, and education is life”, akan berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan segala pengalaman sepanjang hidupnya merupakan dan memberikan pengaruh pendidikan baginya.
Dalam artinya yang sempit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu memberikan dasar- dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh, yang dalam prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta lingkungan belajar yang serba terkontrol. Bagaimanapun luas sempitnya pengertian pendidikan, namun masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidup dan kehiupan manusia. Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiannya, dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan ciri-ciri kemanusianya dan pendidikan formal disekolah hanya bagian kecil saja daripadanya. Tetapi merupakan inti dan bisa lepas kaitanya dengan proses pendidikan secara keseluruhannya.
Dengan pengertian pendidikan yang luas, berarti bahwa masalah kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas pula. yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Memang diantara permasalahan kependidikan tersebut terdapat masalah pendidikan yang sederhan yang menyangkut praktek dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi banyak pula diantaranya yang menyangkut masalah yang bersifat mendasar dan mendalam, sehingga sehingga memerlikan bantuan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya. Bahkan pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan yang tidak mungkin terjawab dengan menggunakan analisa ilmiah semata-mata, tetapi memerlukan analisa dan pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat.
Berikut ini akan dikemukakan bebarapa masalah kependidikan yang memerlukan analisa filsafat dalam memahami dan memecahkannya, antara lain:
1.      Masalah kependidkan pertama dan yang mendasar adalah tentang apakah hakikat pendidikan itu. Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia dan merupakan hakikat hidup manusia itu. Dan bagaimana hubungan anatara pendidkan dengan hidup dan kehidupan manusia.
2.      Apakah pendidkan itu berguna untuk membawa kepribadian manusia, apakah potensi hereditas yang menentukan kepribadian manusia itu, ataukah faktor–faktor yang berasal dari luar/ lingkungan dan pendidikan. Mengapa anak yang mempunyai potensi hereditas yang baik pula tidak mencapai kepribadian yang diharapkan: dan kenapa pula anak yang mempunyai potensi hereditas yang tidak baik, walaupun mendapatkan pendidkan dan lingkungan yang baik, tetap tidak berkembang.
3.      Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu. Apakah pendidikan itu untuk individu, atau untuk kepentingan masyarakat. Apakah pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian manusia ataukah untuk Pembinaan masyarakat.apakah pembinaan manusia itu semata-mata untuk dan demi kehidupan riel dan material di dunia ini, ataukah untuk kehidupan kelak diakhirat yang kekal ?
4.      Siapakah hakikatnya yang bertanggung jawab terhadap pedidikan itu,dan sampai dimana tanggung jawab tersebut.bagaimana hubungan tanggung jawab antar keluarga, masyarakat, dan sekolah terhedap pendidikan, dan bagaimana tanggung jawab pendidikan tersebut setelah manusia dewasa,dan sebagainya.
5.      Apakah hakikat pribdi manusia itu. Manakah yang lebih utama untuk dididik: akal, perasaan atau kemauannya, pendidikan jasmani atau pendidikan mentalnya, pendidikan skil ataukah intelektualnya ataukah kesemuannya itu.
6.      Apakah isi kuriulum yang relavan dengan pendidikan yang ideal, dalam masyarakat.
7.      Apakah isi kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal, apakah kurikulum yang mengutamakan pembinaan kepribadian dan sekaligus kecakapan untuk memangku suatu jabatan dalam masyarakat, ataukah kurikulum yang luas dengan konsekuensi yang kurang intensife, ataukah deangan kurikulum yang terbatas tetapi intensif penguasaanya dan bersipat praktis pula.
8.      Bagaimana metode pendidikan yang baik, apakah sentralisasi, desentralisasi, ataukah otonomi; apakah oleh Negara ataukah oleh swasta, dan sebagainya.)
9.      Bagaimana asas penyelenggara pendidikan yang baik, apakah sentralisasi, desentralisasi, ataukah otonomi; apakah oleh negara ataukah oleh swasta, dan sebagainya.

Masalah-masalah tersebut, merupakan sebagian dari contoh–contoh problematika pendidikan, yang dalam pemecahannya memerlukan usaha-usaha pemikiran yang mendalam dan systematis, atau analisa filsafat. Dalam memecahkan masalah-masalah tersebut, analisa filsafat mnggunakan berbagai macam pendekatan yang sesuai dengan permasalahanya. Di antara pendekatan (approach) yang digunakan antara lain :
1.      Pendekatan secara spekulatif, yang disebut juga sebagai cara pendekatan reflektif, berarti: memikirkan, mempertimbangkan, juga membayangkan dan menggambarkan. Ini adalah teknik pendekatan dalam filsafat pada umumnya. Dengan teknik pendekatan ini, dimaksudkan adalah memikirkan, mempertimbangkan dan menggambarkan tentang sesuatu obyek untuk mencari hakikat yang sebenarnya. Masalah- masalah kependidikan memang berhubungan dengan hal–hal yang harus diketahui hakikat yang sebenarnya, misalnya apakah hakikatnya mendidik dan pendidikan itu, hakikat manusia, hakikat hidup, masyarakat individu, kepribadian,kurikulum, kedewasaan dan sebagainya.
2.      Pendekatan normatif, artinya nilai atau aturan dan ketentuan yang berlaku dan dijunjung tinggi dalam hidup dan kehidupan manusia. Norma- norma tersebut juga merupakan masalah-masalah kependidikan, di samping dalam usaha dan proses pendidikan itu sendiri, sebagai bagai dari kehidupan manusia, juga tidak lepas dari ikatan norma- norma tertentu. Dengan teknik Pendekatan normatif, dimaksudkan adalah berusaha untuk memahami nilai-nilai noma yang berlaku dalam hidup dan kehidupan manusia dan dalam proses pendidikan, dan bagaimana hubungan antara nilai-nilai dan norma-norma tersebut dengan pendidikan. Dengan demikian akan dapat dirumuskan petunjuk-petunjuk ke arah mana usaha pendidikan diarahkan.
3.      Pedekatan analisa konsep Artinya pengertian, atau tangkapan seseorang terhadap sesuatu obyek. Setiap orang mempunyai pengertian atau tangkapan yang berbeda-beda mengenai yang sama, tergantung pada perhatian, keahlian dan kecenderungan masing-masing. Konsep seorang pedagang tentang kerbau misalnya, berada dengan konsep seorang seniman tentang kerbau yang sama, berbeda pula dengan konsep seorang petani, peternak, seorang guru, seorang anak dan sebagainya. Dengan analisa konsep sebagai Pendekatan dalam filsafat pendidikan, dimaksudkan adalah usaha memahami konsep dari para ahli pendidikan, para pendidik dan orang-orang yang menaruh perhatian atau minat terhadap pendidikan, tentang berbagai masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Misalnya konsep mereka tentang anak, tentang jiwa, masyarakat, sekolah, tentang berbagai hubungan (interaksi) yang bersifat pendidikan, serta nilai-nilai dan norma-norma yang berkaitan dengan proses pendidikan, dan segalanya .

No comments:

Post a Comment